Salju masih terus turun menyelimuti kawasan barat eropa dengan temperatur tidak lebih dari minus lima belas derajat celsius. Jam besar di tengah kota London telah berdentang tujuh kali di malam dingin ini. Terlihat dari kejauhan sebuah rumah dengan cahaya yang berasal dari dalamnya, Lucia sedang sibuk menyiapkan hidangan-hidangan hangat yang akan ia dan keluarganya santap untuk makan malam. Alex suaminya, masih asyik menonton tayangan musik favoritnya, seorang penyanyi legendaris, Michael Jackson terlihat lincah sekali di atas panggung dengan tarian-tarian khasnya, membuat Alex berimajinasi sesaat untuk dapat bertemu langsung dengan Sang Raja Pop dan tak hanya melihatnya dari televisi. Sedangkan Steve anak mereka yang berumur 8 tahun terlihat tak bisa diganggu dengan anak anjing barunya hadiah natalnya tahun ini.
Anak anjing jenis Golden Retriever berumur 4 bulan itu tak henti-hentinya berlarian kesana kemari, kalungnya terus mengeluarkan bunyi gemericik, semua benda di tabraknya, mainan-mainan yang di belikan Alex untuknya terlihat berantakan di atas lantai ruang keluarga, sungguh pemandangan lucu dan sangat menggemaskan.
Steve sangat mencintai anjingnya, hingga umurnya 17 tahun, Max si retriever telah menjadi anjing tua yang sangat patuh pada Steve. Dia anjing yang sangat pintar, semua pelajaran yang telah Steve ajarkan sekitar 8 tahun lalu dapat diserap dengan baik olehnya, mulai dari buang kotoran sampai ke hal berjalan dengan dua kaki dapat dilakukannya dengan baik, hahaha benar-benar lucu.
Suatu pagi ketika Steve sedang berjalan-jalan dengan Max di sebuah taman, dia melihat anjing lain sedang berlari-larian sendirian di sana, terlihat dari kejauhan anjing itu berlari-lari seperti tak terkendali, Max yang melihat pemandangan itu ingin segera mendatangi anjing itu, tapi tubuhnya tertahan oleh tali yang dipegang Steve, dan entah mengapa tiba-tiba Max menggeram melihat anjing itu. Steve langsung membawa Max pergi dari sana untuk menghindari kejadian yang tak di inginkannya.
Keesokan harinya anjing yang kemarin dilihat Steve di taman tiba-tiba datang kerumahnya, Max yang melihat anjing itu langsung menggongong tak terkendali, ia ingin sekali menerkam anjing itu tapi mereka terbatasi oleh pagar rumah Steve, anjing tak dikenal itu pun menggonggong lebih bersemangat daripada Max, liur anjing itu bertumpahan kemana-mana, matanya sayu namun garang, ekornya terselip di antara dua pahanya, dia terus meloncat-loncat dan menyalak kesetanan. Max menggonggong maju mundur, ia terlihat ragu dan takut melihat sikap lawannya yang lebih garang darinya, tetapi nampaknya Max sangat bernafsu menerobos pagar itu dan menghantam anjing yang gila itu. Max terus menggonggong dan lawannya pun melakukan hal yang sama, anjing gila itu berdiri sangat dekat dengan pagar, ketika max menabrakkan dirinya lagi ke pagar rumah Steve, moncong anjing gila lawannya langsung menangkap kaki kanan depan Max melewati lubang pagar dengan sangat geram. Max menyalak kesakitan dan meronta berusaha melepaskan kakinya dari moncong anjing itu, sekitar dua menit kemudian Max berhasil melepas gigitan itu, Max langsung berjalan lemas ke sudut pekarangan rumah dengan darah menetes dari kakinya dan anjing itu berlari pergi.
Steve yang baru pulang dari kampusnya sangat terkejut melihat bulu anjingnya bagian depan tubuhnya telah berlumuran darah, ia benar-benar tak kuasa menahan air matanya, Max terlentang sangat lemas, seketika itu juga Steve langsung mengangkat Max dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit hewan, Steve sangat cemas memikirkan anjing kesayangannya yang bahkan telah ia cinta melebihi dirinya sendiri, air mata mengalir deras membasahi pipinya, ia mengemudikan mobilnya dengan tak sadarkan diri, 120km/jam telah terlewati.
Sesampainya di rumah sakit hewan, ia langsung melarikan Max ke ruang pemeriksaan, Max melihat para dokter penangan bekerja, tak sedetik pun terlihat wajah max tidak mengeluarkan aura kecemasan, mulutnya dan hatinya tak berhenti berdoa memohon kemurahan Tuhan agar bisa menyelamatkan Max. Ia benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam, mungkin dapat dikatakan kalau itu adalah kesedihan terbesar sepanjang hidupnya.
Satu setengah jam berlalu di ruang pemeriksaan dan pengobatan, akhirnya dokter selesai mengobati bagian luka kakinya, tapi ketika mendengar penjelasan tentang apa yang dialamu Max, Steve bagai berada di tengah-tengah hujan badai, ia benar2 harus menerima bahwa Max telah tertular penyakit rabies, tak ada jalan lain selain memusnahkan Max. Air mata Steve mengalir semakin deras, tetapi ia berkata kepada dokter bahwa ia tak bisa memusnahkannya dan Steve akan merawatnya sendiri di rumahnya dengan segenap kekuatan cintanya.
Dua hari berlalu dengan keadaan yang berubah menjadi sangat mencekam, Max telah menunjukkan tanda-tanda kegilaannya. Air liurnya tak henti-hentinya mengalir, lidahnya selalu terjulur keluar seakan-akan ia sedang mengalami dehidrasi tingkat tinggi, ia selalu menggonggong kesetanan, Steve masih menangis setiap melihat keadaan sahabatnya itu. Tapi, cintanya kepadanya tak pernah surut, ia masih selalu memberinya makan walau dengan rasa takut yang mendalam kepadanya. Ajaibnya, setiap Steve hendak memberinya makan, Max tidak pernah terlihat ingin menyerangnya ia justru seperti sangat ketakutan dan menyembunyikan badannya di sudut kandangnya.
Semakin hari, Max makin tak terkendali, ia selalu menggonggong setiap waktu, para tetangga Steve pun makin tidak sabar dengan keadaan itu, mereka telah cukup bersabar mendengar gonggongan berisik Max selama dua minggu berjalan. Mereka pun mengancam akan mengambil paksa max dan membakarnya hidup-hidup jika ketika matahari esok terbit mereka masih melihat Max berada di rumah Steve.
Jiwa Steve bergejolak, dia pusing memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan yang terbaik untuknya, untuk Max, dan untuk para tetangganya tanpa harus membuat Max jauh darinya. Akhirnya Steve pergi dari kawasan rumahnya dengan membawa Max yang semakin menggila itu.
Kemanapun Steve pergi tak ada satu tempat pun yang dapat menerimanya, ia pun berhenti di sebuah taman dan duduk sambil sesekali menghela nafasnya memikirkan nasibnya yang seakan Tuhan sudah tidak lagi berpihak padanya, ia benar-benar tak mau berpisah dengan Max, ia sangat mencintainya. "Tuhan apa yang harus kulakukan?? inikah jalan terbaikmu untukku??" lirihnya.
Tiba-tiba pintu belakang mobilnya mengeluarkan suara hentakan keras, seakan-akan dibuka dengan paksa, dan memang benar, pintu itu benar-benar di buka dengan paksa, Max yang membukanya. Dia keluar dari mobil dengan liur berserakan kemana-mana, menggonggong tak terkendali, dan berlarian kesana-kemari. Steve mengejarnya, Max menghindarinya, tetapi setelah beberapa menit berlari, tiba-tiba Max membalikkan arahnya, Steve tercengang, Max balik mengejarnya, Steve berusaha menghindarinya, mereka saling kejar-kejaran, pemandangan yang sama persis seperti keadaan sekitar 6 tahun lalu, Max mengejarnya denga penuh suka cita, tetapi kali ini Max mengejar Steve bukan karena suatu kebahagian, tetapi Max mengejarnya dengan tatapan penuh kekesalan dan kegilaan, Max sangat berambisi untuk mendapatkan Steve, gigi-giginya diperlihatkannya dengan segenap air liur yang terbuang kesana-kemari. Dan tiba-tiba rasa sakit menghinggapi kaki kiri Steve, Max berhasil mendapatkannya, Max menggigitnya penuh kegeraman, hingga bagian betisnya sedikit mengelupas, Steve mengerang kesakitan, meronta-rontakan kakinya berusaha melepas gigitan maut Max.
Malam hari setelah kejadian mengerikan itu Steve lumpuh tak berdaya, Max berada beberapa meter dari tubuhnya. Mereka berdua sama-sama tak berdaya. Steve menengok kearah Max, dia masih bisa berfikir bahwa dirinya masih mencintainya, sedikit seokan tubuhnya berusaha mendekati max dan menggapainya, dan Steve pun berhasil menjangkaunya. Max mengeluarkan erangan mengerikan dari mulutnya, tapi Steve tak peduli, ia merasakan bahwa tak ada lagi pahlawan yang dapat menemani Max di akhir hidupnya selain dirinya, ia memeluk Max yang tak berdaya dengan tangannya yang sama-sama tak berdaya. Ia berkata dalam hatinya, "Ketika dirimu merasa lelah, ketika dirimu sangat ketakutan, aku akan selalu bersamamu kawan, engkau tidak akan pernah merasa sendiri, ketika tak ada lagi pahlawan bagimu kawan". Keajaiban segera datang, Max yang mengerang ketakuan langsung tertidur lumpuh di pangkuan Steve.
Steve pun makin tak berdaya, ia merasakan kedinginan yang sangat amat dingin, kedinginan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, ia terus memeluk Max, sedikit kehangatan dari tubuhnya membuat Steve merasa lebih nyaman, tiba-tiba titik-titik air kecil berjatuhan dari atas langit, setiap tetes air membuat Steve dan Max merasakan seperti tertimpa jarum yang sangat menusuk, Mereka berdua mengerang kesakitan, sangat-sangat sakit, kaki, tangan, tubuh mereka benar-benar tersiksa oleh air-air hujan itu. Erangan terakhir mereka benar-benar membuat keduanya benar-benar pergi dari dunia ini. Dengan posisi sangat damai, Mereka pergi ketaman surga dengan damai.
THE END
Dodo! Astaga. Astaga! Orang introvert itu rata-rata berbakat! Soalnya kita sedikit ngomel, tapi banyak kreatifnya! Hihi.
BalasHapusCerita pendek ini sangat sedih (kematian) tapi sekaligus tidak cengeng! Sebab saya sendiri tidak begitu suka cerita cengeng. Jadi saya menikmati sekali, Dodo...
Lanjutkan Adinda! Kamu berbakat, tahu tidak?
waahh.. makasih banyak mbak eka... makasih.. makasih.. :D :D ,,, masalah berbakat, saya ga tau,, tapi kadang diri saya selalu ga yakin apa yg ada di diri saya. >,<
BalasHapusanyway.. koq adinda?? hehehe
Iya Do... Adinda itu artinya, oh Adikku... Hihi.
BalasHapusNdoo.. gua rada lost pas bagian ini :
BalasHapusSesampainya di rumah sakit hewan, ia langsung melarikan Max ke ruang pemeriksaan, Max melihat para dokter penangan bekerja, tak sedetik pun terlihat wajah max tidak mengeluarkan aura kecemasan, mulutnya dan hatinya tak berhenti berdoa memohon kemurahan Tuhan agar bisa menyelamatkan Max.
Anywayy.. huhuhu.. ceritanya sedih amat sih, Ndoo *sigh*
Tapi gua bisa merasakan kecintaan Steve ama si Max, hiks hiks huaa..
And kalimat ini sukses bikin gua terharu, huhuhu :
"Ketika dirimu merasa lelah, ketika dirimu sangat ketakutan, aku akan selalu bersamamu kawan, engkau tidak akan pernah merasa sendiri, ketika tak ada lagi pahlawan bagimu kawan"
Lanjutkaaann, Ndoo!! ^o^
Mbak Eka : hehehe.. oowwhh gtu.. hehe xD,, tapi kayanya kata2 itu lebih cocok ke cewe khan? hehehe
BalasHapusMbak INdah : waahh makasih bgt kalo mbak emang suka.. thnx ya mbak. :D
Mantaaap!!
BalasHapusmbak ge kmana aja??
BalasHapusNdoo.. ditungguu cerpen berikutnyaa, huehehehe :D
BalasHapus